Namanya Juga Ngantuk

Namanya juga ngantuk, emang susah ditahan. Kayak lampu jalan yang padam sendiri, Kayak sinyal hape yang tiba-tiba ilang pas lagi penting. Tiap diajak nelpon, kelopak mata udah turun setengah. Katanya nggak mau begadang, kesehatan nomor satu. Tapi kok YouTube masih jalan? Tiktok masih ke-scroll? Gue masih nunggu? Namanya juga ngantuk, emang manusiawi. Tapi kok waktu luangnya pas mepet jam tidur? Mungkin emang kebetulan, Mungkin emang lagi capek, Atau mungkin… Emang gue cuma bisa kebagian sisa waktu yang hampir habis? Namanya juga ngantuk, emang harus istirahat. Gue sih ngerti, Cuma kadang lucu aja, Ngantuknya baru dateng pas gue ngajak ngobrol. Kayak ada settingan otomatis: "Panggilan masuk – Mode kantuk diaktifkan." Namanya juga ngantuk, emang bukan salah siapa-siapa. Gue juga nggak minta lebih, Cuma lama-lama sadar sendiri, Kayaknya gue lebih sering nemenin nunggu, Daripada nemenin ngobrol.

3 SERANGKAI [UNDANGAN PESTA]


 Terdengar sebuah kabar tentang tetangga baru yang bernama Pak Sueb, seorang miliarder yang baru pindah dari kota. Pak Sueb dikenal sebagai pengusaha jual beli ketombe yang sukses, bisnis yang aneh namun menguntungkan.

Suatu sore, Ciko, Jamal, dan Fuad menerima undangan pesta dari Pak Sueb untuk merayakan kepindahannya. Dengan penuh antusias, mereka memutuskan untuk menghadiri pesta itu. Sesampainya di depan rumah mewah Pak Sueb, mereka ternganga kagum melihat kemegahan bangunan yang mirip istana. Ciko segera mengeluarkan rencana isengnya, seperti biasa.

"Coy, kita harus eksplor rumah ini! Siapa tahu ada hal menarik yang bisa kita jadikan kenangan," bisik Ciko dengan mata berkilat.

"Apapun deh, asal nggak bikin masalah," jawab Jamal sambil menghela napas.

"Aku ikut aja, apa pun keputusan kalian," ujar Fuad sambil menggaruk kepala.

Mereka pun masuk ke dalam rumah Pak Sueb. Begitu mereka melangkah ke ruang tamu, mata mereka tertumbuk pada sebuah lukisan besar yang aneh. Lukisan itu menampilkan gambar ketiak monyet dalam ukuran yang sangat besar. Ciko, tentu saja, langsung memulai aksi.

"Ini sih masterpiece! Harus diabadikan," kata Ciko sambil mengeluarkan ponselnya untuk berfoto dengan gaya konyol di depan lukisan itu.

Jamal, yang biasanya pendiam, kali ini tidak bisa menahan diri untuk berkomentar. "Gila, siapa yang mau pajang lukisan kayak gini di ruang tamu? Ini tuh aneh banget."

Mereka lalu berjalan lebih dalam ke rumah itu, dan tiba-tiba mata mereka tertuju pada sebuah sepeda yang tergantung di tengah-tengah ruang tamu. Sepeda itu dipajang seperti benda seni yang sangat berharga.

"Ini pasti harganya lebih mahal dari harga motor di kampung," celetuk Ciko sambil menatap sepeda itu dengan pandangan penuh kekaguman.

"Sepeda gantung? Ini rumah atau museum aneh?" Jamal mulai meragukan kewarasan mereka.

"Kalau aku punya sepeda kayak gini, aku gak bakal berani naik, takut jatuh dari langit-langit," tambah Fuad dengan polos.

Tiba-tiba, mereka melihat Pak Sueb mendekat dengan senyum lebar. "Ah, selamat datang! Kalian pasti teman-teman dari desa sini. Bagaimana, suka dengan dekorasi rumah saya?"

"Pak, ini... luar biasa," jawab Ciko dengan penuh semangat. "Tapi, kenapa sepeda itu digantung di tengah ruang tamu?"

"Oh, itu adalah sepeda kenangan saya waktu berhasil menjual ketombe pertama kali di kota. Sebuah simbol kesuksesan, jadi saya gantung di sini biar selalu terlihat," jawab Pak Sueb dengan bangga.

Mereka bertiga saling pandang dan menahan tawa. Ciko, yang usil, tak bisa menahan diri untuk tidak bertanya lebih jauh. "Pak, kenapa pilih lukisan ketiak monyet? Apa ada filosofi khusus di baliknya?"

Pak Sueb tersenyum lebar, "Ah, itu seni kontemporer! Saya beli dari pameran seni terkenal di kota. Katanya, ketiak monyet itu melambangkan ketangguhan dan kekuatan. Seperti bisnis saya, yang bisa bertahan dan berkembang meskipun dianggap remeh."

Ciko, Jamal, dan Fuad terdiam sejenak, mencoba mencerna penjelasan Pak Sueb. Lalu, tanpa bisa menahan diri lagi, mereka tertawa terbahak-bahak. Pak Sueb hanya tersenyum ramah, menganggap mereka benar-benar terhibur oleh cerita dan koleksinya.

Pesta itu berlanjut dengan berbagai kejadian konyol. Ciko sempat mencoba naik sepeda yang digantung dan hampir jatuh, Jamal terkena insiden minuman yang tumpah ke bajunya, dan Fuad? Dia malah hampir tersedak karena makan terlalu banyak kue ketombe spesial yang disajikan.

Pada akhirnya, ketiganya pulang dengan perut kekenyangan dan kenangan tak terlupakan tentang rumah mewah dan unik milik Pak Sueb. Mereka sepakat bahwa hidup memang penuh kejutan, dan kadang hal-hal yang paling aneh bisa memberikan tawa dan pelajaran berharga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cuma Nyebar link, Lo Bisa Dapet Tambahan Cuan! Baca Tutorial Lengkapnya!

3 SERANGKAI [PROLOG]