Copywriting: Seni Jualan Lewat Kata-Kata

Gambar
Pernah nggak sih, pas scroll media sosial, tiba-tiba liat iklan yang bikin kamu kepo banget, terus tanpa sadar malah ngeklik? Atau pas baca deskripsi produk, kamu langsung mikir, “Wah, gue butuh ini!”? Nah, itu namanya kekuatan copywriting. Copywriting itu nggak cuma sekadar nulis biasa, bro/sis. Ini adalah seni menjual lewat kata-kata. Kalau beneran jago, tulisanmu bisa bikin orang yang awalnya cuma mampir doang, jadi langsung checkout barang! Menarik, kan? Copywriting Itu Apa, Sih? Oke, kita bahas dari dasarnya dulu. Copywriting itu intinya adalah teknik nulis buat bikin orang ngelakuin sesuatu. Misalnya: Beli barang. Klik tombol subscribe. Ikut daftar event. Biasanya copywriting muncul di mana-mana: iklan, deskripsi produk, email promosi, bahkan caption IG. Beda sama content writing yang lebih banyak kasih info atau cerita, copywriting punya satu tujuan utama: ACTION. Contoh simpel: Content writing: Artikel blog berjudul “Tips Rawat Kulit Glowing Ala Artis Korea”. Copywr

ENTAH APA?

 Ingin membuang yang namanya rasa iri terhadap orang lain yang jauh lebih unggul dibanding diri sendiri. Kadang apa yang setiap hari dilihat selalu membuat diri ini merasa kurang. Merasa tertinggal. Merasa tidak dihargai. Merasa kurang dipedulikan. Merasa kesepian. Merasa dianggap tidak ada. Merasa menderita. Merasa sedih. Merasa cemas. Merasa kalau dunia memang benar-benar belum memihak kepada diri ini. Itu kurasakan setiap hari.


Melihat orang lain sudah jauh didepan, diri ini merasa tertinggal.
Melihat orang lain banyak dihargai, diri ini merasa tidak dihargai.
Melihat orang lain dipedulikan, diri inu merasa kurabg dipedulikan.
Melihat orang lain senang, diri ini merasa sedih.
Melihat orang lain bahagia, diri ini merasa menderita.
Melihat orang lain banyak teman, diri ini merasa kesepian.
Melihat orang lain santai, diri ini merasa cemas.

Itu semua datang hanya pada saat diriku membuka yang namanya sosial media. Kebanyakan iri ketimbang bersyukur. Apa mungkin perlahan diriku ini harus meninggalkan yang namanya sosial media? Sedangkan jaman sekarang makin hari sosial media sudah menjadi kebiasaan. Bahkan banyak orang hidup dan mencari uang di sosial media. Atau aku kurang yang namanya survey, research yang dalam? Atau juga aku hanya berkutat di daerah situ situ saja. Dan tidak mau beradaptasi dengan lingkungan sosial media yang makin kesini makin banyak penggunanya?

Apakah ini egois? Kalau diriku hanya ingin diakui keberadaannya? Sungguh permintaan hati yang konyol.

Baiklah, kalau pun bisa untuk beberapa saat merasa bahagia ketika membuka sosial media. Mungkin mulai sekarang harus dibikin jadwal atau ya setidaknya mengurangi waktu di sosial media dan lebih banyak menjalani kehidupan nyata. Sebab kita juga hidup perlu interaksi yang nyata, ketimbang hanya interaksi gambar gerak atau video, teks, atau pun foto dan sebagainya.

Mungkin kah tutup akun? Sepertinya tidak, sayang sekali begini doang sampai tutup akun. Baiklah segitu aja cerita hari ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Kita Yang Terjebak Dogma - Quarter-Life Crisis

MANIS ASIN HIDUP (Cerpen)

MELUKIS DUNIA DENGAN IRAMA KATA