Trust Issue atau Caper Berkedok Luka?

Gue gak masalah sama orang-orang yang punya trauma dan luka. Gue paham, gak semua orang bisa sembuh dengan cara yang sama, dan gak semua luka harus kelihatan biar dianggap nyata. Tapi belakangan ini, istilah trust issue makin hari makin kehilangan makna. Bukan karena kondisi itu gak ada—tapi karena terlalu banyak yang pakai istilah itu buat branding diri di media sosial. Kapan terakhir kali lo lihat seseorang bilang, “gue trust issue,” lalu diem dan berusaha menyembuhkan diri secara sehat? Gak banyak. Yang lebih sering gue lihat adalah: orang ngumbar trust issue-nya di caption, story, bahkan postingan panjang, seolah semua orang harus maklum dan ngasih validasi. Padahal, orang yang bener-bener punya trust issue itu biasanya gak terlalu cerewet di depan publik. Mereka sibuk ngurusin luka mereka sendiri. Sibuk bertahan, bukan sibuk cari simpati. Mungkin mereka gak ngomong ke banyak orang, mungkin mereka gak bilang kalau mereka takut, sakit, atau merasa kesepian. Tapi mereka punya cara se...

Sekarang Gue Punya Cita-Cita Sob!!

 Hari ini gue mau cerita sedikit.


Jadi tadi gue habis dari gramedia. Kenapa gramedia tujuan gue di hari libur kayak gini? Karena sekarang gramedia bagi gue sudah seperti surga gitu. Seru aja gitu, baca buku yang udah dibuka plastiknya. Semacam testimoni bagi calon pembeli.

Gue sempet kepikiran. Kapan ya gue bisa nerbitin buku sendiri? Gue selalu bertanya-tanya seperti itu dalam hati setiap kali gue megang, lihat lihat buku di toko toko buku.

Kenapa gue suka baca buku?

Awalnya gue gak suka sama buku lho. Sama tulis menulis juga gak begitu suka. Apa lagi sama pelajaran Bahasa Indonesia. Dulu pas sekolah gue agak kurang minat dengan pelajaran itu.

Namun semuanya berbalik, sekarang gue mulai menyukai pelajaran itu. Dan ternyata sangat penting dan memang sangat berguna. Dari kata demi kata yang dulu gue anggap cuma kata semata ternyata banyak maknanya.

Sekarang gue mulai suka dengan membaca dan menulis. Karena gue mengenal Twitter. Sebuah situs dan sekarang sudah menjadi sebuah aplikasi di handphone. Sekarang semua orang sudah pakai Twitter. Dulu kemunculannya di tahun 2009 booming sekali. Tapi gue belum bisa mengkases internet dan handphone dulu belum secanggih sekarang. Dan juga gue belum mengenal apa itu Twitter. Internet saja dulu gue belum mengenal.

Gue mengenal internet pas kelas 6 SD. Dulu pertama kali gue kenal warnet. Warung internet.

Lah kenapa jadi bahas masa kecil gue. Itu beda tema. Gue mau cerita tentang gue yang tadi ke toko buku.

Intinya gue suka baca dan menulis karena Twitter. Di situ soalnya memuat konten tulisan. Dan gambar dulu jarang sekali. Gue bergabung ke twitter tahun 2015. Bisa dibilang gue anak ingusan lah di Twitter. Sempet ilang akun gue karena gue jarang buka.

Gue aktif lagi di tahun 2018. Jadi gue makin jadi deh tuh anak ingusan Twitter. Gue mengikuti akun akun penulis gitu. Cuitan mereka bagus-bagus. Penulis-penulis yang gue follow diantaranya ada "@FiersaBesari, @dsuperboy, @ntsana_, @Briankhrisna"

Selain itu juga ada beberapa akun motivasi dan juga akun yang memposting kata kata bijak gitu sih.

Jadi dari situ gue berusaha keras untuk lebih suka membaca dan menulis. Gue sekarang punya cita-cita. Yesssss!!! Gue pengen jadi penulis. Biar kalian, lu lu pada bisa menyoplok plastik buku gue.

Cita-cita gue sederhana sekali anjir.

Ya gitu lah hari ini. Sebenernya ada lagi. Tapi ntar ah gue pisah aja postingannya biar ada dua postingan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cuma Nyebar link, Lo Bisa Dapet Tambahan Cuan! Baca Tutorial Lengkapnya!

MANIS ASIN HIDUP (Cerpen)

3 SERANGKAI [UNDANGAN PESTA]