Taman sore itu sepi, hanya terdengar suara gemerisik dedaunan dan beberapa langkah kaki orang lewat. Alif duduk di bangku panjang, memandangi langit senja yang perlahan memudar. Ia merasa hidupnya semakin hambar. Ujian sekolah menumpuk, orang tua sibuk bekerja, dan teman-temannya seolah hanya peduli pada kesenangan mereka sendiri. “Kenapa hidup ini nggak pernah adil, ya?” gumamnya pelan. Di sudut taman, seorang pria tua duduk di kursi kecil, dikelilingi balon-balon warna-warni. Pakaiannya sederhana, dan tongkat panjang bersandar di pangkuannya. Alif memperhatikan pria itu cukup lama. Sesekali, pria itu tersenyum ramah meskipun tidak ada satu pun orang yang mendekat untuk membeli balonnya. Rasa penasaran Alif akhirnya mengalahkan rasa malasnya. Ia berdiri dan berjalan menghampiri pria tua itu. “Pak, kok masih semangat jualan, ya? Padahal nggak ada yang beli,” tanya Alif tiba-tiba. Pria itu menoleh, meskipun jelas ia tidak bisa melihat. Dengan senyum ramah, ia menjawab, “Yah, siapa tahu ...