Mengenal Divergent Thinker: Si Pemikir Kreatif yang Sering Disalahpahami

Gambar
Apa Itu Divergent Thinker? Divergent thinker adalah orang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif dan fleksibel untuk menghasilkan banyak solusi atau ide dari satu masalah. Mereka sering berpikir “di luar kotak,” mencari jawaban yang tidak biasa, dan membuat koneksi unik antara ide-ide yang mungkin terlihat tidak berhubungan. Divergent thinking (pemikiran divergen) adalah salah satu komponen penting dalam kreativitas. Orang-orang dengan pola pikir ini tidak terpaku pada cara-cara standar dalam memecahkan masalah. Sebaliknya, mereka membuka kemungkinan baru yang sering kali melampaui ekspektasi. Ciri-Ciri Seorang Divergent Thinker 1. Penuh Ide Divergent thinker mampu memunculkan banyak ide dalam waktu singkat. Mereka seperti memiliki “mesin pencipta” di dalam otak yang terus bekerja. 2. Suka Berimajinasi Imajinasi adalah kekuatan utama mereka. Mereka dapat membayangkan berbagai skenario atau kemungkinan yang belum terpikirkan oleh orang lain. 3. Berpikir Fleksibel Mereka ti...

CERPEN: "Warna di Ujung Balon"

Taman sore itu sepi, hanya terdengar suara gemerisik dedaunan dan beberapa langkah kaki orang lewat. Alif duduk di bangku panjang, memandangi langit senja yang perlahan memudar. Ia merasa hidupnya semakin hambar. Ujian sekolah menumpuk, orang tua sibuk bekerja, dan teman-temannya seolah hanya peduli pada kesenangan mereka sendiri.

“Kenapa hidup ini nggak pernah adil, ya?” gumamnya pelan.

Di sudut taman, seorang pria tua duduk di kursi kecil, dikelilingi balon-balon warna-warni. Pakaiannya sederhana, dan tongkat panjang bersandar di pangkuannya. Alif memperhatikan pria itu cukup lama. Sesekali, pria itu tersenyum ramah meskipun tidak ada satu pun orang yang mendekat untuk membeli balonnya.

Rasa penasaran Alif akhirnya mengalahkan rasa malasnya. Ia berdiri dan berjalan menghampiri pria tua itu.

“Pak, kok masih semangat jualan, ya? Padahal nggak ada yang beli,” tanya Alif tiba-tiba.

Pria itu menoleh, meskipun jelas ia tidak bisa melihat. Dengan senyum ramah, ia menjawab, “Yah, siapa tahu ada yang butuh balon hari ini. Kalau nggak ada, ya mungkin besok.”

Alif terdiam sejenak. Jawaban sederhana itu terdengar begitu asing di telinganya.

“Kenapa Bapak tetap senyum terus? Hidup kayak gini nggak capek?” Alif melanjutkan.

Pria itu tertawa kecil. “Nak, kadang hidup memang nggak adil. Tapi itu bukan alasan untuk berhenti memberi warna. Balon-balon ini, misalnya. Mereka kecil dan sederhana, tapi kalau terbang di langit, mereka bisa bikin siapa pun tersenyum.”

Alif memandang balon-balon itu dengan pandangan baru. Ia melihat warna-warna cerah yang tampak begitu kontras dengan keluhannya hari ini.

“Bapak nggak pernah ngerasa sedih? Hidup Bapak kelihatan berat,” tanya Alif lagi.

Pria itu menghela napas pelan. “Sedih itu pasti ada. Dulu, aku bisa melihat dunia ini, tapi semuanya hilang setelah kecelakaan. Awalnya, aku marah. Kenapa aku? Tapi aku sadar, meskipun aku nggak bisa melihat lagi, aku masih bisa mendengar suara tawa anak-anak yang beli balon ini. Itu cukup buatku.”

Hati Alif mulai bergetar. Ia merasa kecil di hadapan pria ini. Selama ini, ia sibuk mengeluh tentang hal-hal yang sebenarnya tidak seberapa.

“Kalau aku nggak punya tujuan dalam hidup, aku harus gimana, Pak?”

Pria itu tersenyum lagi. “Tujuan itu nggak selalu besar, Nak. Kadang, memberi warna kecil di hidup orang lain saja sudah cukup. Dunia ini butuh warna, meski hanya dari sebuah balon.”


---

Beberapa minggu kemudian, Alif kembali ke taman. Ia ingin membeli balon lagi dan berbicara lebih banyak dengan pria tua itu. Tapi kali ini, kursi kecil itu kosong. Yang tersisa hanyalah sebuah balon merah yang tersangkut di dahan pohon, dan secarik kertas di tempat pria itu biasa duduk.

Alif mengambil kertas itu dan membaca tulisan tangan yang sederhana namun penuh arti:

“Terima kasih sudah mau mendengar, Nak. Teruslah memberi warna, meskipun kecil.”

Alif tersenyum kecil, menggenggam balon merah itu erat-erat. Langkah kakinya terasa lebih ringan saat ia berjalan pulang, dengan tekad baru untuk menjalani hidup—bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk memberi warna di dunia orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cuma Nyebar link, Lo Bisa Dapet Tambahan Cuan! Baca Tutorial Lengkapnya!

3 SERANGKAI [PROLOG]

MANIS ASIN HIDUP (Cerpen)