Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2021

Kenapa Konten Kamu Aman Tapi Tetap Nggak Dimonetisasi? Ini Penjelasannya

Gambar
Brand Safety: Kenapa Konten Kamu Nggak Dimonetisasi Meski Viral Di dunia kreator digital, banyak yang merasa: > "Konten gue rame kok. Kok tetep nggak dimonetisasi?" Atau lebih frustasinya lagi: "Kenapa akun orang lain bisa balik jalan, tapi akun gue stuck?" Jawaban singkatnya: karena bukan cuma soal rame. Tapi soal aman. --- 🔐 Apa Itu Brand Safety? Brand Safety adalah sebuah sistem atau kebijakan dari platform (seperti TikTok, X, Instagram, YouTube, dll) untuk melindungi reputasi brand atau pengiklan dengan memastikan iklan mereka hanya muncul di konten yang dianggap aman, netral, dan tidak berisiko secara citra. --- 🎯 Tujuannya: Agar iklan nggak tampil di konten yang bisa merusak nama baik brand, seperti konten kekerasan, pornografi, ujaran kebencian, atau bahkan konten yang terlalu emosional atau memicu kontroversi. ~~~ 🤔 Bedain Yuk: Brand Iklan Platform vs Brand Endorse Langsung Di dunia konten, banyak yang mikir: > "Kan banyak brand yan...

Kadang Cukup Ngeiyain Aja

 Mengiyakan omong kosong seseorang adalah caraku mengetahui seberapa pantaskah orang itu untuk ditemani. Kadang itu gue lakuin bukan berarti gue ngeiyain omongannya, melainkan ya capek aja kalo ngerespon orang goblok ngomong. Tapi gue juga sadar, kalo gue juga goblok. Dan sering gue perhatiin ketika sedang ngomong, beberapa teman cuma ngeiyain doang. Dari situ bisa gue simpulin kalo gue juga bisa saja ngomong kosong doang. Tapi ya gue pede aja karena menurut gue apa yang gue omongin suatu saat pasti mereka sadari dan paham. Gue juga nggak maksain orang lain buat setuju dengan apa yang gue omongin aja.

ENTAH APA?

 Ingin membuang yang namanya rasa iri terhadap orang lain yang jauh lebih unggul dibanding diri sendiri. Kadang apa yang setiap hari dilihat selalu membuat diri ini merasa kurang. Merasa tertinggal. Merasa tidak dihargai. Merasa kurang dipedulikan. Merasa kesepian. Merasa dianggap tidak ada. Merasa menderita. Merasa sedih. Merasa cemas. Merasa kalau dunia memang benar-benar belum memihak kepada diri ini. Itu kurasakan setiap hari. Melihat orang lain sudah jauh didepan, diri ini merasa tertinggal. Melihat orang lain banyak dihargai, diri ini merasa tidak dihargai. Melihat orang lain dipedulikan, diri inu merasa kurabg dipedulikan. Melihat orang lain senang, diri ini merasa sedih. Melihat orang lain bahagia, diri ini merasa menderita. Melihat orang lain banyak teman, diri ini merasa kesepian. Melihat orang lain santai, diri ini merasa cemas. Itu semua datang hanya pada saat diriku membuka yang namanya sosial media. Kebanyakan iri ketimbang bersyukur. Apa mungkin perlahan di...