Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

[EN] When Numbers Matter More Than Meaning

Gambar
You ever feel like your timeline’s turning into a masquerade? Everything looks loud, colorful, buzzing with applause—but if you really stop and look… it’s empty. Hollow. Fake. Like chewing old gum—there’s a hint of sweetness, but mostly, it’s just gross. I catch myself scrolling slowly, silently asking, “What are people even *doing* here? What are they chasing?” And in the middle of all that noise, there’s one pattern I’ve never really vibed with: support circles. You know the ones—where accounts exist just to boost each other. You like mine, I reply to yours, you retweet me, I quote you. It’s like a mutual validation ritual. But none of it’s honest. Not because the content’s good, but because there’s this silent contract: “You scratch my back, I’ll scratch yours.” And now it’s even weirder. People are getting paid. There’s that little blue check they pay for—not because their content has integrity, but because it helps grease the algorithm. So it’s no longer just interacti...

Kecewa

 "Kau alasanku bahagia." Satu kalimat yang dia beritahu kepadaku, Namun aku ragu dengan kalimat tersebut. Aku menganggapnya teman, dan lebih dari teman. Begitu juga dia. Pertama kali melihatnya aku tertarik. Kedua mengenalnya makin menarik. Ku whatsApp dia merespon baik. Kulihat profilnya memang cantik. Hari demi hari ku kirim pesan a-z. Dia merespon baik terhadapku. Namun saat ada teman memberitauku. Bahwa dia masih terikat pada seseorang. Diriku mulai goyah dan tak tau arah. Makin hari rumor itu menghantui. Aku masih tak percaya. Temanku mengirim pesan. Berisi foto foto dia bersama orang itu. Aku kaget dan lantas ingin marah! Tapi.. Buat apa marah, toh aku yang ngebet. Aku tak memikirkannya. Dia terus merespon baik kepadaku. Bahkan sering sekali jika aku tak menghubunginya dia mencariku. Begitupun sebaliknya. Hatiku berkata, sepertinya dia tertarik padaku. Dari lirikan mata pada saat dia melihatku, hatiku sungguh merasakan perasaan yang amat sangat bahagia. Aku yakin, dia p...

Hai Juga.

Mungkin bukan cuma kamu yang bahagia, tapi aku akan merasakan apa yang kamu rasakan juga. Kalau kamu merasa senang saat membuatkanku makanan setiap hari dengan menu yang berbeda-beda. Diriku akan sangat sibuk melihatmu keteteran membuatkan masakan paling enak menurutmu yang bahkan kadang, mungkin seluruh laki-laki di dunia akan berbohong soal rasa masakan wanita. Demi membuat wanita tidak merasa bersedih. Aku akan sibuk memperhatikanmu sambil tersenyum bahagia. Bagaiamana repotnya kamu memotong sayur, menanak nasi sampai-sampai lupa kalau air sudah mendidih dan kamu belum menyelesaikan memotong sayuran. Dibalik itu, bahagiaku ada untukmu. Akan selalu kuhabiskan setiap masakanmu. Yang kamu buat dengan sepenuh hati dan susah payah itu. Dengan segala tetek bengek yang aku minta, mulai dari cabai, bawang goreng, sambal, dan kerupuk pun kamu penuhi. Dimanapun kamu sekarang, jaga baik-baik juga dirimu. Semoga disana kamu juga baik-baik saja. Jangan khawatirkan diriku, disini aku juga sed...

MANIS ASIN HIDUP (Cerpen)

Di sebuah rumah kontrakan tinggal lah dua orang pemuda bernama Mocin dan Lancrit. Mocin adalah seorang pria rantauan dari luar Jawa, sedangkan Lancrit adalah perantauan dari desa pelosok. Mereka berdua kuliah di tempat yang sama dan tinggal di satu kontrakan yang sama. Kehidupan mereka berdua bisa dibilang sangat bertolak belakang. Mocin yang hidup dengan segala kekurangannya alias miskin. Dan si Lancrit yang hidup dengan serba berkecukupan alias kaya. Pada suatu pagi si Mocin menangis sambil mengeluh mengenai hidupnya. "Ya Allah laper banget, kepengin makan tapi gak punya uang.." Mocin mengeluh. Dengan ekspresi wajah sedih sambil tiduran memeluk guling yang entah sudah berapa bulan tidak pernah dijemur. Dari luar kamar si Lancrit mendengar keluhan Mocin. Lalu menengok Mocin ke kamarnya. Dengan perasaan senang dan bahagia sekali, si Lancrit tak tanggung-tanggung mengejek si Mocin yang tengah kelaparan dan tengah bersedih menghadapi kesulitan ekonomi. Bukannya menolong mal...